Sebuah pilihan ...
Seorang suami merasa bahwa karirnya sebagai
seorang pegawai perusahaan swasta berada di ujung tanduk. Bosnya marah
besar akibat proposal yang ia kirimkan tak sesuai dengan ajuan akhir
clientnya.
Bila clientnya membatalkan proyek miliaran akibat
kesalahannya maka bosnya telah mewanti akan sanksi pemecatan yang akan
ia terima.
Saat ini ia rindu rumah dan kehangatan istri dan anaknya. Bergegas ia pulang ke rumah berharap mendapat ketenangan.
Semua harapannya pupus ketika hal pertama yang ia temui di rumah adalah
rentetan keluhan istri tentang kenakalan buah hatinya, rumah berantakan
dengan susunan perabotan tak tentu arah serta tak satu pun makanan
terhidang di meja makan.
Ia ingin marah, tapi istrinya terlebih
dahulu menghujaninya dengan tangisan cengeng, ia mengeluhkan tentang
kesusahannya merawat si bungsu yang rewel karena demam dan kenakalan si
sulung yang tak pernah bisa diam.
Ia ingin membentak Sang istri,
memakinya dengan sebutan istri tak becus dan tak tahu diri. Ia pun
ingin meluapkan kekesalannya pada anak-anak yang menurutnya tak membawa
kedamaian. Ia ingin ketenangan namun justru kekesalan yang ia temukan.
Ia merasa rumah bukan lagi tempat untuk pulang.
Perlahan ia menarik napas, beristigfar dan menyimpan semua amarahnya.
Ia memeluk sang istri dan berkali mengucapkan kata cinta dan sabar pada wanita yang telah lima tahun ia nikahi.
Malam itu, dengan dompet yang hanya tersisa satu lembar uang berwarna merah ia mengajak keluarganya makan bakso di luar.
Tak jadi amarah itu ia luapkan, ia memilih untuk mendinginkan rasa panas yang meluap dan berdamai dengan keadaan.
Istrinya senang dan anak-anaknya pun riang. Dalam perjalanan pulang
istrinya tak henti bersenandung merdu dan kedua buah hatinya berceloteh
riang. Hatinya lebih lapang apalagi ketika sang istri mengecup keningnya
berkali sebelum tidur dan berdoa demi kebaikannya.
Ia tak tahu hari esok, setidaknya malam itu ia telah menyenangkan orang yang ia sayangi.
Keesokan paginya sebuah panggilan beruntun dari bos nya mengejutkan. Ia
sudah menduga bos akan menghubungi namun tak mengira akan secepat itu.
Bayangan pemecatan bukan lagi hal yang ia takutkan, ia lebih legowo kini.
"Rudi, ke kantor sekarang. Gila, client kita kali ini bener-bener buat
orang jantungan. Kemaren dia bilang proposal yang kamu buat gak sesuai
konsep eh subuh tadi dia kontak aku and bilang kalau proposalmu itu
brilian. Dia deal mau tanda tangan kontrak pagi ini. Miliaran tau gak!"
Bosnya menjelaskan dengan berapi-api.
"Ini beneran, Bos?" Ia bertanya tak percaya.
"Emang aku kelihatan bohong? Setelah tanda tangan oke, saya tranfer
bonus ke kamu tiga puluh juta, biar kamu yakin, ha ha ha." Bosnya
mengakhiri pembicaraan di ujung telpon dengan gelak tawa.
***
Hidup adalah sebuah pilihan apakah kita akan memilih memperdalam lubang masalah atau menyelesaikannya.
Bisa saja pada cerita di atas si suami memilih memaki istrinya dan
melampiaskan masalah di kantornya pada sang istri dan anak. Tapi ia
memilih untuk tak menambah ranting persoalan hidup.
Di dunia ini tak ada hal yang tak mungkin, dengan mudah Allah dapat membolak balikkan keadaan kita.
Kita tak pernah tahu doa tulus mana yang mengantarkan kita pada
kesuksesan atau rintihan duka siapa yang menyeret hidup kita pada jurang
kesengsaraan.
Bila hidupmu terasa berat di tempat kerja maka buatlah ringan di tengah keluargamu.
Jika terasa berat melalui jalan hidupmu maka cari jalan lain yang lebih ringan.
Allah tahu bahkan sangat tahu kapasitas kita sebagai mahluknya. Setiap
masalah selalu ada penyelesaiannya dan tak pernah ada jalan buntu bagi
orang yang beriman.
Hari ini, bila di tempat kerja kau merasa
berat, tertekan maka ketika pulang belilah es krim dan martabak manis
untuk istri dan anakmu, InsyaAllah senyum mereka akan meringankan
harimu.
Bila semalam engkau bertengkar dengan istrimu maka siang
nanti traktirlah satpam atau officeboy di kantormu makan siang bersama,
lihatlah senyum cerianya menikmati tiap suapan.
Bila keuanganmu
terasa mencekik dengan rentetan tagihan dan hutang, jangan panik.
Selesaikan apa yang bisa kau selelsaikan, bekerjalah lebih giat lagi,
berdoalah lebih sering dan bersedekahlah walau engkaupun kekurangan.
Bila manusia saja tersentuh dengan kebaikanmu lalu bisa kau bayangkan karunia Allah yang maha baik yang akan datang padamu.
Masalah datang ketika kita hidup dan akan terus datang sejalan dengan
detak jantung tapi yang membedakannya adalah cara manusia
menyelesaikannya. Itulah pilihan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar